Statistik & Info:
• Reaksi & komentar tersimpan di perangkat Anda (localStorage).
• Musik tidak otomatis diputar (sesuai kebijakan browser).
• Gunakan tombol Beranda atau tombol kembali di kiri-bawah untuk kembali cepat.

Bab 1

Chapter 1 — Awal Mula

Judul : Awal Mula Angin malam menyapu pelan atap-atap Monsalidus. Di bawah langit yang kelam, seorang pemuda membuka mata di sebuah bangku batu di tepi kota. Ia tidak ingat bagaimana bisa sampai di sana—yang tersisa hanya rasa dingin di ujung jari dan nama yang berbisik di dadanya: Miracle. Ia melangkah tertatih, mengikuti nyala lampu jalan menuju pusat kota. Senyap, namun tidak terasa asing. Seolah-olah kota ini… memanggil. Di depan sebuah toko kecil, lonceng berdenting saat pintu terbuka. Di sana, Miracle bertemu Nada—gadis kucing dengan mata seperti bintang yang jatuh ke air. Pertemuan yang sederhana, namun cukup untuk memecah kebekuan malam itu. Dari satu sapaan, menjadi percakapan. Dari percakapan, menjadi benih rasa percaya. Malam itu, Miracle menginap di sebuah penginapan tua. Ia menatap langit-langit kamar sambil menggenggam harapan baru: mungkin, kehidupan kedua ini bukan sekadar hukuman—melainkan kesempatan. Ia berjanji pada dirinya sendiri, jika fajar datang, ia akan mulai menjahit takdirnya di kota ini. Dan ketika pagi menyapa, perjalanan benar-benar dimulai…

Chapter 2 — Bayangan

Judul : Bayangan Sambil berpegangan tangan dan berjalan untuk menuju ke rumah makan yang disukai oleh Nada. mereka membuat banyak warga yang terfokus kepada mereka berdua banyak warga yang salah paham dalam hubungan mereka berdua. Beberapa orang tersenyum, ada yang bahkan sampai mengatakan, "Pasangan yang cocok!" Namun, ada juga yang bergosip, "Kok bisa Nada dekat sama cowok itu? " Seseorang lainnya menimpali, "Wah.., telat kamu, tuh! Lihat, Nada sudah gandengan sama pria lain!" Lalu, terdengar celetukan lain, "Selamat, ya sukses terus!!! Karena situasi di sekitar mereka mulai Riu celetukan warga, mereka berdua langsung salah tingkah. Nada segera melepaskan gandengannya. Wajah yang semulanya tenang kini memerah, rasa malu terlihat jelas dari telinganya yang ikut memerah dan ekornya yang bergoyang - goyang karena Nada adalah seorang gadis kucing Wajah Miracle ikut tersenyum , meski pun ada sedikit rona malu. Dengan rasa bersalah dan menyesal, Nada pun berkata Nada : "ASTAGA, maaf! " seruhnya "saya terlalu bersemangat sampai lupa kita baru saja bertemu. maaf sudah menggandeng tanganmu Miracle : "Hehe, enggak apa apa kok. Santai saja. Mungkin mereka berkata begitu karena kamu memang sering sendirian. Enggak usah di pikirin, ya. Ngomong - ngomong , kamu dari ras kucing ya? " Nada mencoba tersenyum, meski wajahnya masih memerah karena malu. "Iya, saya dari ras kucing, " Katanya. "Dan sya lahir di kota yang indah ini. " Miracle yang mencoba membuat nada tenang dengan kembali bertanya soal rumah mewah yang dia katakan sebelumnya supaya malu atas kejadian tadi dia lupakan Miracle : "Ohh, jadi kamu sudah paham ya Seluk beluk kota ini.? Pantas kamu bisa merekomendasikan tempat seperti itu. Nada tertawa: "Heheheeee...!!" Miracle : "sudah berapa lama kamu bekerja di toko itu, Nada?" Nada : Sudah lama."Toko itu adalah milik orang tua saya, dan karena mereka sedang di luar kota, saya diberi tanggung jawab untuk mengelolanya." Miracle : "Ohh, begitu. Jadi. orang tua mu pedagang ya? Bagus sekali , kamu juga ikut melanjutkan pekerjaan orang tua mu " Nada : "Iya, orang tua saya memang pedagang, dan saya juga lagi belajar menjalankan semua yang mereka perintahkan. Tapi, kamu jangan keliru , saya bukan hanya seorang pedagang. Saya juga, sama, seperti kebanyakan orang, seorang petualang. Jadi ya, saya juga siap terjun di medan pertempuran jika dibutuhkan oleh pemerintah di kota ini." Dengan wajah ceria , Miracle berujar "Wah, hebat dong! Berati kamu bisa Jadi andalan di kota ini." wajah Nada memerah, senyumnya terlihat malu malu .Nada berbisik, seolah tak ingin di demgar " Hahaha.... Tapi masalahnya, enggak ada satupun yang mau dekat sama saya. Karena sy cuma pedagang biasa. Lagipula , ini pertama kalinya syaa merasa bahagia karena ada orang yang mau mendengar cerita saya yang enggak penting ini "Eh, kamu bilang apa? " Tanya miracle sambil memajukan wajahnya. " Saya enggak dengar, coba tolong bilang lagi." PANIK! Nada pun langsung maju dan menjauh beberapa langkah "Enggak mau! Enggak mau! Wee...! " Ayo cepat! " Seru Nada. "Katanya mau makan, katanya lapar,. Tenang, kali ini saya yang traktir! Khusus untukmu karena sudah bawah batu langka. Ayoh cepat!" Miracle hanya bisa terdiam, pikirannya dipenuhi rasa bingung dan penasaran. Ia baru bergerak saat Nada sudah berada di pintu. Dengan langka cepat miracle menyusulnya Dari belakang, miracle tak bisa menahan diri untuk tidak mengamati Nada. Penampilannya sunggu memukau, membuat ia terpaku. Dengan tinggi sekitar 174 cm, Nada memakai kemeja putih berlengan panjang, lekangkap dengan manset berkerut. Bagian atasnya dilapisi rompi merah yang dihiasi pelindung di dada dan bahu hitam. Di lehernya, tersemat pita kupu kupu merah dengan detail cotak yang serasi. Rok hitamnya berpadi dengan rok dslamnya putij yang lebih pendek, berhiasrenda hitam di bawah. Kakiberstoking hitam di balut sepatu hak hitam ber-strap dan gesper. Setiap detailnya membuat miracle merasakan rona malu yang tak bisa ai sembunyikan. Ketika mereka masuk ke rumah makan itu, suasana ramai langsung menyambut, nyaris tak ada celah untuk mencari tempat duduk. Namun, seketika keheningan menyelimuti ruangan. Sejak langkah pertama mereka melintasi ambang pintu, keriuhan yang tadinya mendominasi tiba-tiba lenyap. Para pelanggan saling berbisik, mata mereka seolah tak percaya dengan pemandangan di hadapan mereka. Ekspresi orang-orang dan para pelayan kembali menyulut rasa canggung dalam diri Nada dan Miracle. Namun, kali ini, perut keroncongan mereka berhasil mengalahkan segalanya. Mereka pun memilih duduk di dekat jendela, satu-satunya tempat yang tersisa. Dalam keheningan yang masih terasa, Miracle membatin, Perasaan apa ini? Seperti ada yang mengawasi... Namun, ia tak ingin mengusik pertemuan dengan Nada yang baru terjalin. Rasa penasarannya ia tahan sekuat tenaga. Nada, dengan santai, memanggil seorang pelayan wanita dan memesan beberapa menu andalan. Sambil menunggu pesanan datang, mereka berbincang. Awalnya obrolan mereka terdengar serius, namun sesekali diselingi canda tawa, membuat suasana kembali mencair dan terasa normal. Para pelanggan dan pelayan pun kembali beraktivitas seperti biasa, meskipun jejak keheranan masih tampak di beberapa wajah. Akan tetapi, rasa waswas itu tak sepenuhnya hilang dari benak Miracle. Selesai menikmati hidangan, mereka berdua keluar dari rumah makan dan kembali berjalan menuju toko Nada. Perasaan diawasi itu masih menghantui Miracle. Sesekali ia menoleh ke belakang, merasa ada yang mengikuti. Nada, yang menyadari gelagat aneh Miracle, memperhatikan raut wajahnya yang sedikit tegang. "Kamu tidak apa-apa, Miracle?" tanya Nada khawatir. Miracle berusaha tersenyum, menyembunyikan kegelisahannya. "Ya, saya tidak apa-apa." Nada mencoba meyakinkan diri dan Miracle, "Kalau ada yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk bilang, ya." Miracle kembali tersenyum. "Hehe, tidak apa-apa kok, Nada. Jangan dipikirkan. Tenang saja," ujarnya, mencoba melawan rasa takut dan penasarannya. Sesampainya di depan toko Nada, Miracle segera mengambil barang-barangnya yang tertinggal. Ia memastikan tidak ada yang tertinggal sebelum berpamitan. "Yakin kamu tidak apa-apa?" tanya Nada sekali lagi, dengan nada penuh perhatian. "Iya, benar, aku tidak apa-apa," jawab Miracle mantap. "Sekali lagi, terima kasih banyak atas bantuannya, dan juga traktirannya. Besok-besok biar aku yang traktir." "Oh iya," lanjut Miracle, "bicara soal tempat tinggal, kira-kira ada penginapan di dekat sini?" Nada menjawab dengan tenang, "Ada beberapa penginapan yang bisa kamu tempati. Salah satunya dekat rumah makan tadi." "Oh iya," sambungnya, "jangan lupa sering mampir ke toko ini ya, kalau ada waktu." Dengan semangat, Miracle menjawab, "Oke! Pasti saya sering mampir ke tokomu!" "Kalau begitu, saya pamit dulu ya. Terima kasih, selamat pagi!" ucap Miracle riang sambil melambaikan tangan. Setelah Miracle pergi, Nada menatap kepergiannya. Tangannya tanpa sadar menyentuh dadanya, dan wajahnya merona. Dalam hati ia berbisik, Cowok yang aneh... Setelah keluar dari toko itu, Miracle langsung menuju penginapan yang disarankan oleh Nada. Ia berjalan santai hingga hampir tiba di tujuan, ketika tiba-tiba seorang berjubah—dari atas kepala hingga seluruh tubuhnya—berpapasan dengannya. Seketika itu juga, perasaan panik dan takut kembali menyelimuti Miracle. Namun, ketakutan itu justru membangkitkan keyakinannya: orang inilah yang sedari tadi mengawasinya. Ketika Miracle berbalik untuk memastikan, orang berjubah itu sudah menghilang, entah ke mana. Tanpa berpikir panjang, Miracle langsung mempercepat langkahnya menuju penginapan. Setelah masuk, ia segera bertanya, "Permisi, apakah masih ada satu kamar kosong?" Penjaga penginapan menjawab ramah, "Ada, silakan. Mau pilih di lantai satu atau dua?" "Lantai dua," jawab Miracle cepat. Sang penjaga pun memberikan kunci dan berkata, "Ruangan kamarnya ada di paling dalam, sebelah kanan." Ia melanjutkan, "Nak, kamu terlihat sangat lelah, cepatlah beristirahat. Semoga harimu menyenangkan." Miracle tersenyum tulus. "Terima kasih, Pak, atas perhatiannya," ucapnya sambil bergegas mengambil kunci. Ia langsung menuju kamarnya untuk beristirahat. Setelah merebahkan diri di ranjang, Miracle kembali merenung. Hari ini benar-benar aneh, batinnya. Semuanya terasa tidak masuk akal, dari pertemuannya dengan Nada, reaksi warga dan pelayan di rumah makan, perasaan diawasi yang tiba-tiba muncul, hingga pertemuannya dengan orang berjubah aneh—apakah mungkin orang itu yang membantunya kemarin? Berbagai pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Namun, rasa lelah yang teramat sangat membuatnya tertidur pulas, melupakan semua keanehan yang terjadi di pagi hari. Bersambung ... Note : "Kejadian yang tidak senggaja Akan terasa sudah di rencanakan Ketika kita sendiri tidak tau harus bagaimana menyikapi suatu kejadian" Originalart1997

(Kosong)

Konten menyusul.

🏠 Kembali ke Beranda